
Strategi: Menghubungkan Visi Dengan Eksekusi
Pada suatu ketika, dalam sebuah sesi yang membahas kiat sukses berbisnis, beberapa peserta membuktikan bahwa keberanian mengambil action menjadi resep utama. Terlalu banyak pertimbangan (baca: teori) akan membuat bisnis hanya sebatas ide atau jalan di tempat. Sementara itu, pada sesi yang lain, kali ini dihadiri oleh para entrepreneur dan eksekutif, banyak mengeluhkan action yang mereka lakukan tidak menghasilkan apa-apa dan sulit sekali menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuan – bahkan sering berputar-putar tidak bergerak maju.
Peristiwa di atas menggambarkan situasi organisasi bisnis yang berbeda. Konteks pertama adalah ketika bisnis pada fase entrepreneurial, di mana kompleksitas masih kecil, sumberdaya belum banyak, owner masih sanggup melakukan kontrol detail, dan fleksibilitas mudah diwujudkan dalam menciptakan inovasi. Sementara konteks kedua adalah fase manajemen, di mana bisnis sudah mulai berkembang, jumlah karyawan sudah puluhan orang atau lebih, pelanggan sudah mulai banyak, dan owner sudah tidak mampu lagi melakukan monitoring detail. Efektivitas action tidak cukup ditentukan oleh keberanian, namun juga kesiapan aspek lainnya. Setidaknya ada empat hal yang menentukan eksekusi bisnis bisa dilakukan dan mencapai hasil yang diharapkan. Hal pertama adalah adanya strategi yang tepat, yang menjadi penghubung visi dengan eksekusi. Tiga hal berikutnya adalah terkait kapasitas dalam melakukan eksekusi, yang mencakup: kesiapan sistem dan kebijakan operasional, SDM yang kompeten, serta leadership yang efektif.
Strategi adalah tentang hal yang benar untuk dilakukan. Di sini kita berurusan terkait hal yang penting dan urgent. Terkadang tidak semua yang penting itu urgent. Dalam kondisi yang semakin kompleks, tidaklah mudah menentukan prioritas tindakan. Ada sebuah tindakan sebaiknya dilakukan setelah tindakan lain yang mandatory terlaksana. Ketika strategi tidak tepat, maka action yang cepat belum tentu efektif. Sedangkan jika strategi tepat, seringkali yang dianggap lambat malah memberikan hasil lebih cepat dibandingkan dengan action yang sebelumnya dilakukan lebih cepat. Leader yang paham hal ini dan menyadari keterbatasan sumberdaya organisasi, akan memberikan perhatian maksimal untuk memastikan strategi telah dirumuskan dengan tepat, sebelum sebuah action dieksekusi. Dalam implementasinya, sebuah strategi selalu dimutakhirkan sesuai dengan perubahan lingkungan dan kalau ini dilakukan dengan konsisten, maka juga menjadi sebuah proses pembelajaran yang luar biasa bagi organisasi.
Apa langkah-langkah yang dilakukan untuk bisa merumuskan strategi yang tepat? Pertama, memastikan adanya visi yang jelas. Kemudian mengidentifikasi kondisi internal dan eksternal. Awal yang penting di sini adalah mengenali apa kekuatan kita. Jangan heran kalau ternyata tidak mudah mengenali apa sesungguhnya kekuatan kita. Silakan buktikan dengan mencoba me-”listing” kekuatan diri kita masing-masing. Hmmm… tidak mudah bukan? Langkah berikutnya adalah memahami kelemahan kita, peluang, serta ancaman. Proses ini kita kenal dengan analisis SWOT yang juga merupakan analisis dengan tinjauan lintas fungsi organisasi. Kejelasan visi yang diimbangi dengan pemahaman SWOT yang cermat akan membantu menentukan goals (tujuan), objectives (sasaran) dan program, yang dalam kerangka waktu dirangkum dalam sebuah rencana strategis (renstra), roadmap, atau bentuk perencanaan lainnya. Output ini akhirnya menjadi sebuah konsensus bagi seluruh stakeholders organisasi.
Satu hal terakhir yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa strategi yang baik bukan hanya terkait dengan hasil rumusan, namun juga terkait proses penyusunannya, yang melibatkan partisipasi aktif seluruh stakeholders. Ini merupakan sebuah proses berkesinambungan yang selalu terbuka terhadap feedback pada setiap “milestone” nya.
Selamat menyusun strategi!
Peristiwa di atas menggambarkan situasi organisasi bisnis yang berbeda. Konteks pertama adalah ketika bisnis pada fase entrepreneurial, di mana kompleksitas masih kecil, sumberdaya belum banyak, owner masih sanggup melakukan kontrol detail, dan fleksibilitas mudah diwujudkan dalam menciptakan inovasi. Sementara konteks kedua adalah fase manajemen, di mana bisnis sudah mulai berkembang, jumlah karyawan sudah puluhan orang atau lebih, pelanggan sudah mulai banyak, dan owner sudah tidak mampu lagi melakukan monitoring detail. Efektivitas action tidak cukup ditentukan oleh keberanian, namun juga kesiapan aspek lainnya. Setidaknya ada empat hal yang menentukan eksekusi bisnis bisa dilakukan dan mencapai hasil yang diharapkan. Hal pertama adalah adanya strategi yang tepat, yang menjadi penghubung visi dengan eksekusi. Tiga hal berikutnya adalah terkait kapasitas dalam melakukan eksekusi, yang mencakup: kesiapan sistem dan kebijakan operasional, SDM yang kompeten, serta leadership yang efektif.
Strategi adalah tentang hal yang benar untuk dilakukan. Di sini kita berurusan terkait hal yang penting dan urgent. Terkadang tidak semua yang penting itu urgent. Dalam kondisi yang semakin kompleks, tidaklah mudah menentukan prioritas tindakan. Ada sebuah tindakan sebaiknya dilakukan setelah tindakan lain yang mandatory terlaksana. Ketika strategi tidak tepat, maka action yang cepat belum tentu efektif. Sedangkan jika strategi tepat, seringkali yang dianggap lambat malah memberikan hasil lebih cepat dibandingkan dengan action yang sebelumnya dilakukan lebih cepat. Leader yang paham hal ini dan menyadari keterbatasan sumberdaya organisasi, akan memberikan perhatian maksimal untuk memastikan strategi telah dirumuskan dengan tepat, sebelum sebuah action dieksekusi. Dalam implementasinya, sebuah strategi selalu dimutakhirkan sesuai dengan perubahan lingkungan dan kalau ini dilakukan dengan konsisten, maka juga menjadi sebuah proses pembelajaran yang luar biasa bagi organisasi.
Apa langkah-langkah yang dilakukan untuk bisa merumuskan strategi yang tepat? Pertama, memastikan adanya visi yang jelas. Kemudian mengidentifikasi kondisi internal dan eksternal. Awal yang penting di sini adalah mengenali apa kekuatan kita. Jangan heran kalau ternyata tidak mudah mengenali apa sesungguhnya kekuatan kita. Silakan buktikan dengan mencoba me-”listing” kekuatan diri kita masing-masing. Hmmm… tidak mudah bukan? Langkah berikutnya adalah memahami kelemahan kita, peluang, serta ancaman. Proses ini kita kenal dengan analisis SWOT yang juga merupakan analisis dengan tinjauan lintas fungsi organisasi. Kejelasan visi yang diimbangi dengan pemahaman SWOT yang cermat akan membantu menentukan goals (tujuan), objectives (sasaran) dan program, yang dalam kerangka waktu dirangkum dalam sebuah rencana strategis (renstra), roadmap, atau bentuk perencanaan lainnya. Output ini akhirnya menjadi sebuah konsensus bagi seluruh stakeholders organisasi.
Satu hal terakhir yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa strategi yang baik bukan hanya terkait dengan hasil rumusan, namun juga terkait proses penyusunannya, yang melibatkan partisipasi aktif seluruh stakeholders. Ini merupakan sebuah proses berkesinambungan yang selalu terbuka terhadap feedback pada setiap “milestone” nya.
Selamat menyusun strategi!